Saya mulai dari kakak saya, ya dialah kakak terbaik yang saya punya (yaiyalah emang Cuma punya kakak 1,wkwk). Walaupun galaknya minta ampun, tapi dia sangat sayang sama adiknya ini. Saya ingat dulu waktu kecil pas belum sekolah, tiap hari saya selalu nungguin tuh kakak pulang sekolah. Selalu saya diajaknya maen keluar sama teman2nya. Tapi setelah saya masuk SD udah ga pernah saya ikut maen si kakak, tapi udah maen sendiri sama temen2. Kita berdua emang begitu dekat, karena orangtua selalu mengajarkan kasih sayang sama saudara. Dan dialah yang menjagaku sejak SMP karena kedua orang tua merantau semua untuk mencari rizki di kota tetangga demi membiayai kami berdua. Ya hanya berdua di rumah setiap hari, kakak yang selalu membeli sarapan setiap pagi untuk kami, merawatku dan ngerokin kalo aku sakit. Karena manjanya aku sering banget disuapin *sampe sekarang,wkwkw.
Saat aku mulai SMA kakak kuliah di Solo, jadilah adiknya ini sendirian di rumah. Ya sendirian di rumah hampir setiap hari. Ingatan ini langsung teringat di tahun 2006 saat gempa jogja, waktu itu pagi2 sekali seperti biasa habis sholat subuh aku sarapan nasi bungkus yang tak beli dari tetangga yang jualan keliling. Saat lagi enak2 makan, kedengeran suara lemari yang bergetar kacanya langsung deh saya lari keluar. Ternyata gempanya lama bener, sampe tembok rumah pada jatuh walau ga sampe ambruk. Nah waktu itu mbak saya yang di solo langsung deh nelpon sambil nangis2 nanyain kabar adiknya satu ini, baru kali itu kayaknya nangisin adiknya ini -__-‘ . laptop ini pun juga yang ngasih mbakku satu ini, katanya biar kuliahku waktu itu lancar padahal banyakan buat ngegame nya dari belajarnya -,- ,juga pas udah lulus pun juga tetep gitu, dia nyuruh ane pake motornya yang baru beli,alesannya sih daripada ga ada yang pake. Padahal ane tau kalo dia sebenernya kasian karena ane kalo magang ke gunungkidul Cuma pake motor grand kesayangan ane. pokoknya kalo bisa besok kalo udah sama2 berkeluarga rumahnya deketan biar bisa sering ketemu T.T
Nah sekarang ane mau nulis tentang kedua superhero dan inspirasi ane untuk menjalani hidup yang keras ini. Ya, merekalah kedua orangtuaku yang sangat-sangat aku sayangi dan hormati. Walaupun mereka berdua Cuma sepasang suami istri lulusan SD tapi aku sangat bangga memiliki mereka. Mereka mengajarkan aku
kesabaran, keikhlasan, dan yang terpenting mereka mengajarkan aku tentang Agama Islam
Bapak, ya bapakku hanyalah seorang tukang kayu yang merantau ke Jakarta seperti orang-orang kampung yang lain. Beliau itu sosok yang pendiam dan tidak pernah marah. Tak seperti bapak-bapak yang lain, beliau jarang sekali menasehati lewat kata-kata. Beliau lebih sering mengungkapkan sesuatu lewat tindakan langsung. Aku hanya bisa meneladani beliau saja, jika di rumah beliau selalu pergi ke mesjid baik subuh, dzuhur,asar,magrib,isya (yang ini aku belum bisa mencontohnya padahal sejak kecil kalo ke mesjid aku selalu digendong dibawa ke mesjid,tapi sekarang udah gedhe gini T.T), tidak pernah merokok, sabar, penyayang (saking sayangnya sama aku beliau pasti akan memberikan semua yang aku minta meski harus diem-diem biar Ibuk ga tau). Saya sangat salut dengan perjuangannya untuk menafkahi kami yang ada di rumah ini dengan mengorbankan waktunya di rumah untuk mencari nafkah di Ibukota yang kejam itu. Mungkin sifat Bapak yang menurun kepadaku adalah beliau tidak pernah marah dan jarang mengungkapkan sesuatu lewat kata-kata tapi dengan melakukan sesuatu.
Sedangkan untuk Ibuk,hmmm Ibuk itu menurutku bukanlah seorang manusia melainkan malaikat yang dikirimkan Allah kepadaku. Ya setiap aku ingat Ibuk selalu saja mata ini berkaca-kaca, ya seperti saat sekarang ini, saat aku menulis tentang beliau. Aku berusaha mengingat-ingat apa yang akan aku tulis tapi banyak sekali. Biarlah sekali-sekali keybord ini basah karena tetesan airmata, ga setiap hari juga. Sama seperti bapak, Ibuk hanyalah seorang wanita yang Cuma tamatan SD yang sangat sayang sama keluarganya melebihi dirinya sendiri. Kata ibuk aku ini dulu waktu mulai bayi udah sering sakit-sakitan. aku ingat saat masih kelas 3 SD aku divonis dokter sakit flek paru-paru, ya tubuh yang sekcil itu sudah harus sakit flek paru-paru. Dan aku harus minum obat selama 6 bulan full agar bisa sembuh total, ibuk selalu mencariku saat maen Cuma untuk sekedar menyuruhku minum obat. Alhamdulillah sembuh sampai sekarang, walaupun aku harus jauh-jauh dari rokok dan nafasku tidak sekuat teman-temanku. Jika sedang latihan bola lari keliling stadion pastilah aku yang terakhir karena memang nafasku ga kuat, dan jika maen bola pastilah aku tidak kuat maen fulltime. Aku bisa jadi sesehat ini karena ibuk selalu menjagaku waktu kecil. Meskipun hidup kami pas-pasan tapi kami selalu bahagia, karena ibuk selalu mengajarkan aku untuk hidup sederhana dan pentingnya berbagi terhadap sesama. Kata beliau masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Ibuk itu adalah seorang pejuang hebat, untuk menambah uang jajan anak-anaknya ini beliau di rumah banting tulang jualan di kantin sekolah kek, ikut mburuh di gudang tembakau kek, yang penting bisa memberikan uang jajan untuk anak-anaknya ini. Kadang aku juga ikut ke gudang tembakau,waktu itu yang aku pikirkan Cuma maen dan seneng2 aja. Dan saat malam tiba, beliau dengan tubuhnya yang lelah tetap menemani anak2nya untuk belajar, saat ada pengajian dimanapun pasti kami dibawa.
Saat aku mulai masuk SMP dan kakak masuk SMA Ibuk mulai bicara pada kami berdua kalau beliau akan berdagang di Cilacap karena jika hanya mengandalkan Bapak ,cita-cita Ibuk untuk menguliahkan kedua anaknya akan sulit terwujud. Dengan tekad yang bulat beliau memulai usaha dengan meninggalkan kedua anaknya ini di rumah sendirian hanya dengan mbahnya. Ah entahlah aku tidak bisa menggambarkan perasaanku waktu itu, yang aku tau aku akan lebih lama sendiri di rumah tanpa Ibu dan harus jadi anak yang mandiri.
Mungkin sejak saat itu aku jadi terbiasa hidup sendiri, mau hidup dimana kek tetep aja biasa aja ga pernah cengeng pengen pulang toh di rumah juga ga ada siapa2. Aku sangat salut dengan perjuangan Ibuk, meskipun harus bersusah payah dagang di Cilacap beliau selalu menyisihkan uang untuk membantu anak-anak saudara untuk bayar uang sekolah. Saat aku mulai SMA aku benar2 hidup sendiri di rumah karena mbak udah kuliah di Solo, aku selalu menyempatkan waktu untuk membantu Ibuk menaikkan barang dagangannya. Paling sering itu di Stasiun naikin barang ke kereta Logawa, sampai2 pedagang asongan di stasiun udah hafal sama ibuk dan aku. Dan sekali lagi itu hanya untuk anak-anaknya, membawa barang dagangan puluhan kg ke kota seberang sendirian seorang wanita,ahh entah besok aku bisa ga seperti Ibuk. Rasa-rasanya ga bakal bisa. Aku masih ingat Ibuk pernah bilang kalo dia melakukan semua itu karena beliau YAKIN Allah akan membantu umatnya yang benar2 berniat baik. Ahh sudah aku ga bisa meneruskannya lagi, yang jelas aku akan meneruskan cita-cita Ibuk untuk selalu membantu sesama dan selalu hidup sederhana. Meskipun hidup tanpa harta melimpah, kebahagiaan itu datangnya dari hati yang ikhlas. Dan wanita cantik itu dinilai bukan dari wajahnya yang cantik, tapi dilihat dari hatinya dan kelakuannya, wanita yang suka bersolek sih ga ada cantik2nya sama sekali. Semoga besok aku mendapatkan istri yang seperti Ibuk, mau diajak hidup sederhana, berhati mulia, sayang sama anak-anaknya.
Dan yang membuat aku selalu berpikir setiap malam, aku belum bisa mewujudkan cita-citanya. Beliau ingin punya anak yang sholeh,cukup itu aja, ga butuh harta atau apalah. Sedangkan aku merasa sama sekali belum sholeh, semoga aku masih diberi kesempatan Allah untuk mewujudkan cita-cita beliau dan cita-citaku sendiri untuk membahagiakan beliau. Sehingga di hari tua bapak ibuk, mereka bisa tersenyum bangga melihat anaknya yang kecil ini sudah tumbuh menjadi manusia yang berguna. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar