cowezpego
Blog yg dibikin karena iseng2 aja..haha Hanya berisi catatan-catatan kecil dari saya..
Kamis, 30 Oktober 2014
3 Pusaka Kebajikan
Pusaka Kebajikan - Rasulullah SAW bersabda : "Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan)."
Senin, 11 Agustus 2014
Renungan Pagi
Baru saja saya baca artikel tentang kemiskinan di negeri ini, membuat saya sangat malu, sangat berdosa, tak punya rasa syukur, semua perasaan bersalah muncul jadi satu. Saya yang bekerja hanya duduk manis di depan computer dibayar cukup besar bagiku. Bisa istirahat dengan tenang tanpa memikirkan kekurangan uang untuk makan. Sedangkan di luar sana, banyak saudara2 kita yang untuk makan hari ini saja harus berusaha sangat keras, itupun belum tentu dapat. Sangat benar sabda Rasulullah bahwa sebagian besar penghuni surga adalah orang miskin. Ya Allah yang Maha pengampun, ampunilah dosa2 kami ini. Kuatkanlah niat yang dulu pernah saya tanamkan di hati ini untuk bisa selalu membantu saudara2 yang membutuhkan. Selamatkan diri ini dari keinginan2 duniawi yang sebenarnya kurang penting, selamatkan diri ini dari kerakusan akan harta dunia, dan berkahi hidupku ini. Ya Allah semoga saya bisa mewujudkan cita2 tersebut bersama dengan seorang partner yang bisa selalu mendukung saya, membela saya, menyemangati, mempunyai satu tujuan yang sama sehingga saya tidak akan ragu2 untuk melangkah seperti sekarang ini. Ya Allah, lancarkan jalanku untuk melengkapi setengah agamaku dengan dek Anies, pernikahan yang kau berkahi, memberi kebahagiaan untuk semua orang, dan tidak ada seorangpun yang tersakiti. Amiin. 11-08-2014
PENDAKIAN GUNUNG SINDORO DENGAN PERSIAPAN SINGKAT
Akhirnya ku ada waktu juga buat mengisi tulisan di judul postingan ini. hehe
Langsung aja yuk,,ini pendakian kayaknya ada di bulan juni 2012 sewaktu saya masih jadi anak magang di sebuah kantor di suatu tempat yang sangat asri ,haha.
Ceritanya gini, pendakian ini kan dilakukan di waktu yang cukup sempit yaitu cuma 3 hari. Kami bertiga merencanakan untuk mendaki gunung sindoro yang berada di daerah temanggung. Aku, Khusnadi, dan Agel sepakat tanggalnya lewat chat di fb. Di mulailah perjalanannya. Karena Agel dan Khusnadi magangnya di Jakarta, mereka harus naik kereta dulu sampe ke Jogjakarta. Agel pulang dulu ke Purworejo, sedang Khusnadi menunggu diriku di stasiun lempuyangan sambil istirahat dan makan (ga tau deh istirahatnya dimana,wkwkwk). Setelah aku dapet sms suruh jemput dari si khus, langsung ku capcus naik motor ke Jogja kira2 1 jam perjalanan lah dari Klaten rumahku. Setelah sampai stasiun kucari si khus, kulihat2 kok ga ada orang yg tampangnya ngenes ya kayak si khus,wkwkw. ternyata dia udah nglesotan di sebuah warung makan, habis makan dia rupanya. Tanpa banyak cingcong kami berdua langsung capcus ke arah wonosobo walaupun kami berdua ga tau arah jalan yg benar,wkwkw.
Benar saja kami banyak sekali nanya ke orang karena kami tersesat,wkwkw. Dan capeknya tuh di sini (nunjuk dengkul yg ditekuk gara2 ane yg bawa motor terus). Jarak Jogja - Temanggung tu kira2 2 jam lah naik motor kalo ga nyasar2, berasa juga ya capaeknya. Tapi semua terbayar dengan pemandangan indah nan hijau dan udara dingin segar di sepanjang jalan menuju gunung sindoro. Jalannya itu naik-naik ke puncak gunung beneran, sampai kami istirahat di pom bensin dan mengisi perbekalan di ****mart pinggir jalan. akhirnya sampai ni lereng gunung sindoro, dan ternyata si Agel udah nyampe duluan di sono menunggu kami yang tersesat dan tak tau arah jalan pulang.haha.
Gunung Sindoro
Singkat cerita kami minta ijin ke kadus sikatok untuk pendakian,dan menitipkan motor kami di rumah beliau. Melihat sayuran yang ranum si khus yang rakus tergoda dan mau membeli sayuran segar yg habis di panen dr kebun, dia menyodorkan uang 7 ribu yang dimilikinya ke bapak2 petani sayur, dan duarrrr dia mau dikasih satu karung sayuran dengan uang 7 ribu nya,wkwkwkw. Akhirnya kami dikasih sayuran satu plastik oleh bapak2 petani yg baik hati tadi,nyam2.
Langsung ni ke pendakian,,kami mulai pendakian agak siang sih, jadi kepanasan di perjalanan. Kami berdoa dan mulai berjalan menuju perkebunan teh. Ya Gunung Sindoronya ada di seberang perkebunan teh. Melewati perkebunan teh aja udah memakan waktu 1 jam, jauh juga ternyata. Akhirnya sampai pos 1 di lereng gunung sindoro. Kami istirahat sejenak di Post 1 ini.
Perjalanan menuju post 1
Kami Lanjutkan perjalanan, karena treknya ga begitu jelas kami tersesat dikit dan untungnya ada bapak2 yg mencari kayu bakar yg memberi tahu kami jalan yang benar,hehe. Kami lanjutkan menuju post 2, jalan terus sedkit demi sedikit akhirnya capek juga,,haha. Istirahat jalan lagi begitu terus tiada akhir,haha lebay. Akhirnya kami bertemu dengan rombongan pendaki yang sedak turun. ternyata ada temen mereka yg cedera di atas ,mereka turun untuk mencari pertolongan.
Pemandangan Post 2
Tak terasa waktu udah mulai sore, mentari pun mulai sedikit demi sedikit meninggalkan kami. Berlindung di balik awan yang sangat indah. Sudah 2/3 perjalanan saat mentari terbenam, tidak lupa kami photo2 dulu. Gunung sindoro ini vegetasi hampir sama semua di sepanjang jalan,,tumbuhan hijau semua.
Mentari yang Malu2
Narsis
Akhirnya malam tiba dan suhu udara jadi sangat amat dingin, kami pun segera mengeluarkan pakaian tambahan untuk dipakai dobelan karena begitu dinginnya udara. Tak lama kemudian turun hujan gerimis yg ga begitu deras, tapi disertai badai angin yg cukup kencang. Kami bertiga segera mencari tempat perlindungan dan menemukan batu yg sangat besar untuk menahan badai angin tersebut. Kami pun mendirikan tenda sementara di balik batu besar dan memasak makanan (red:mi instan+sayur) dan juga air untuk bikin kopi sbg penghangat badan. setelah selesai makan dan mimik kopi, kapi istirahat bentar sambil menunggu badainya reda.
Photo abis badai
Pengganjal perut
Sekitar abis isyak kami lanjut perjalanan. Karena jalanan yg gelap dan jalan setapak yg ga begitu jelas kami seperti tersesat dan cuma muter2 doang, akhirnya kami berhenti sejenak.
Akhirnya kami sampai di tempat kalo lurus kayak kawah ke kiri kayak jurang, karena kabut kami ga bisa liat apa2. dan kami pasrah deh bikin tenda di tenda ini,,takutnya kalo lanjut malah ke kawah yg ada asap beracunnya,,mati dah kita.
Udara dingin yg menusuk tulang membuat kami bertiga menggigil di dalam tenda kecil yg buat tidur ajak desak2an,wkwkw. Karena capeknya kami pun terlelap.
Pagi jam 5 kami bangun tapi langit ga bersahabat masih digelayuti kabut tebal, gagal deh nyari sunrise nya.hiks :( kami pun memilih Lanjut tidur,wkwkw. Jam 7 kami Bangun karena rasa lapar yg mendera begitu buasnya. Kami keluarin semua sisa2 makanan untuk dimasak dan santap dengan rakusnya. Akhirnya kabut berangsur2 hilang dan mentari udah menjulang dengan gagahnya. Kami berniat lanjut ke puncak karena kami kira belum sampe puncak. Eh setelah terang,kami ternyata tuh udah ada di puncak sindoro, haha subhanallah. Dan yg kami kira jurang itu rupanya puncak beneran sindoro yg berupa tanah lapang yg luas. setelah wareg kamipun photo2 narsis, dan berhubung agel dan khusnadi buru2 karena keretanya berang sore jam 5. Kamipun segera berkemas dan turun tepat jam 9 pagi.
Tenda Kami
Pemandangan
Ini Kami bertiga
Mereka berdua yang sudah berpengalaman ngebut aja turunnya, awal2 sih aku masih bisa ngikutin sambil sesekali phot2,,haha. Tapi lama2 mereka ngibrit ga berbekas, dan aku ketinggalan jauh sekali. Pertamanya sih aku masih aman2 aja karena turunnya ada barengan pendaki lain, eh rupanya mereka istirahat masa aku harus ikut istirahat,,bisa dibacok dong sama kusnadi dan agel. Dan kuputuskan untuk turun sendiri sambil komat kamit zikiran. Terasa sangat sepiiiii sekali,,sesekali suara burung bernyanyi dengan merdunya. Teruslah ku turun bodo amat,,soalnya aku takut kalo dimakan macan,grrr. Dengan bekal cuma sebotol gede aqua, kuturuni buat nyari tu 2 biji orang yg jahat,hiks. Lewat jalan2 bekas air hujan,,dan akhirnya aku tiba di tempat yg rimbun pepohonannya tambah pusing dah karena lereng gunungnya ga kelihatan. Untung si khus masang pita oranye di pohon yg kita lewati kemarin di sebuah persimpangan. Ga tersesat deh aku.
Photo Perjalan Turun
Akhirnya aku sampai di post 2 dengan ngos2an, dan ternya mereka berdua udah ngiler di bawah pohon di post 2. Kata mereka 'lama bener lu, udah setengah jam nih nungguin di sini, yuk kita lanjut'. Matane,,aku jg belum istirahat mau lanjut aja ,zzz. Akhirnya istirahat bentar dan kami bertiga lanjut lagi ke post 1 dengan cara yg lebih ekstrim lg. Lari,,ya dengan lari. dasar orang2 gila mereka,,dengkul udah mau copot gini diajak lari turun gunung. Tapi emang jadi cepet banget sampai di bawah,,benar2 menguji adrenalin. Josss. Akhirnya sampai di post 1 dan tinggal melewati kebun teh sampe deh tempat pak kadus. sekitar jam 12 an kami sampai di tempat pak kadus,,gile ga cuma 3 jam an dari puncak sampai basecamp :D
Karena diburu waktu kami pun segera bersih diri, sholat dan berpamitan ke pak kadus untuk melanjutkan perjalan pulang. kamipun berpisah di sini, Agel lanjut pulang purworejo, aku dan khusnadi lanjut ke jogja. Jam 1 kami lanjut perjalanan pulang. Karena capek aku yg tetep di depan boncengin khusnadi naik motor pelan2. daripada nyungsep, mending pelan2 ,ngantuk juga sih. dan pas banget sampai stasiun lempuyangan jam setengah 5 sore dan si khus langsung lari ke stasiun karena keretanya jam 5, dan kamipun berpisah . ku lanjut pulang klaten dengan secuil pengalaman yg mungkin bisa diceritakan ke anak cucu kelak. sekian :D
Kamis, 05 September 2013
Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta
REPOST DARI https://www.facebook.com/photo.php?fbid=521414404612276&set=a.413509975402720.97896.413485782071806&type=1
Kisah Inpiratif Seorang "Professional House Wife",
Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.
Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.
Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?
Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?
Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.
Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.
Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.
Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:
1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan
2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.
3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.
4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.
5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!
6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai
7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.
8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.
9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta
10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.
11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya.
Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan di ibuprofesional.com.
Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.
Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?
Wallahualambisshawab. Semoga ada yang bisa diambil pelajaran. (http://dakwahmedia.com/)
Kisah Inpiratif Seorang "Professional House Wife",
Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.
Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.
Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?
Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?
Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.
Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.
Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.
Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:
1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan
2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.
3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.
4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.
5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!
6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai
7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.
8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.
9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta
10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.
11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya.
Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan di ibuprofesional.com.
Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.
Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?
Wallahualambisshawab. Semoga ada yang bisa diambil pelajaran. (http://dakwahmedia.com/)
Senin, 02 September 2013
I will always love you
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am home again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am whole again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am young again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am fun again
However far away, I will always love you
However long I stay, I will always love you
Whatever words I say, I will always love you
I will always love you
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am free again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am clean again
However far away, I will always love you
However long I stay, I will always love you
Whatever words I say, I will always love you
I will always love you
You make me feel like I am home again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am whole again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am young again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am fun again
However far away, I will always love you
However long I stay, I will always love you
Whatever words I say, I will always love you
I will always love you
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am free again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am clean again
However far away, I will always love you
However long I stay, I will always love you
Whatever words I say, I will always love you
I will always love you
Langganan:
Postingan (Atom)