Ya, sesuai judul tulisan ini ane Cuma mau nulis tentang uang 5ribu rupiah. Bukan masalah ekonomi, atau bahkan bahas redenominasi atau sekedar ngebahas siapa pak jenggot yang ada di gambar uang 5 ribu itu. Hanya kalo melihat lembaran uang 5ribuan apa yang ada di pikiran kalian? Mau buat apa duit segitu?apa manfaatnya duit segitu? Cuma penasaran aja tentang sudut pandang banyak orang saat melihat selembar uang 5 ribu. Mungkin bagi sebagian orang duit 5ribu hanya untuk sekali jajan jajanan kecil, atau Cuma untuk sekali parkir, atau bahkan ditinggal tergelak begitu aja bagai tak ada nilainya. Tapi disisi lain ada yang dengan susah payah untuk mendapatkannya, harus menahan lapar dan haus, atau bahkan membutuhkan belas kasihan orang lain untuk mendapatkannya. Kayaknya sih begitu kalau dilihat dari 2 sisi yang berbeda, ya dari sisi orang yang berlebihan harta dan yang kekurangan.
Nah saya tergelitik untuk membahas tentang bagaimana sih menghargai uang itu, bukankah uang itu merupakan salah satu rejeki yang diberikan Allah kepada kita tapi kenapa masih ada (bahkan banyak) yang menyia-nyiakan untuk hal2 yang mungkin tak begitu penting. Kenapa sih mereka (orang berduit) sepertinya selalu mengedepankan gengsi (ga semua tapi), malu kalo makan di tempat yang banyak orang ga berduitnya (katanya ga kelas kek,ga level kek atau apalah). Emangnya bedanya apasih? Apalagi kalau deket2 sama orang2 kotor kayak kuli, sopir, atau pak tani, emangnya situ udah bersih ya?iyasih bersih luarnya ga tau dalemnya. Apakah di pikiran mereka pernah terbayang bagaimana susahnya mereka yang dengan keringat, tenaga, melawan kotor untuk mendapatkan rejeki yang halal walaupun hanya cukup untuk sekedar bertahan hidup di dunia yang hanya fatamorgana ini (menurutku). Adakah sedikit rasa empati di dalam diri mereka kepada saudara2 mereka yang tidak seberuntung mereka di dunia ini. Bahkan hanya sekedar senyum sapa saja cukup untuk memberi mereka semangat, bukannya lewat dengan muka angkuh nan sombong.
Saya masih ingat omongan ibuk pengurus salah satu panti asuhan, katanya sambil menunjuk ke anak-anak yatim yang ga seberuntung kita ini ‘mereka itu sebenarnya ga terlalu butuh apa yang kalian sumbangkan, tapi mereka lebih butuh perhatian karena mungkin sejak kecil mereka tidak pernah merasakan hangatnya perhatian keluarga’. Kata2 itu sungguh-sungguh membuat saya malu, ya saya yang dulu merasa sendiri ternyata masih ada yang lebih kurang beruntung dari saya. Dan mereka itu begitu kuat menghadapi dunia yang bahkan mereka lewati tanpa kedua orang tua.
Kembali ke orang-orang kaya tadi yang sangat beruntung diberi nikmat kekayaan oleh Allah, padahal menurut pengamat ekonomi di Indonesia jumlah orang kaya semakin bertambah tapi kenapa jumlah orang miskinnya tidak berkurang? Ya mungkin karena banyak alasan di dalamnya salah satunya hilangnya rasa empati dari manusia modern di masa kini. Andai saja mereka semua tahu kalau di dalam firman Allah itu kayaknya ada yang isinya bahwa di dalam hartamu itu ada sebagian yang menjadi hak fakir miskin dan yatim piatu (kayaknya sih, soalnya saya juga bukan ustadz). Sedangkan memakan harta hak anak yatim itu merupakan salah satu dosa besar yang tidak bisa diampuni. Kalau setau saya sih hak yang harus di zakatkan itu 2,5 % dari penghasilan, dan itu tidak akan membuat jatuh miskin apalagi untuk menolong saudara sendiri. Lha wong buat gonta ganti gadget, makan di restoran mahal, atau apalah itu uang dengan mudah keluar dari kantong. Kenapa untuk membantu saja susah?saya yakin andai saja semua orang yang berpenghasilan lebih rela menyisihkan 2,5% penghasilannya untuk dizakatkan ke badan Amil zakat (kan tinggal transfer tuh mudah) pasti kemiskinan di Indonesia akan berkurang dengan signifikan.
Tapi apa kriteria orang berpenghasilan lebih itu?nah ini yang membuat orang-orang itu enggan kehilangan hartanya. Ya karena mereka merasa kurang dan kurang, inilah sifat dasar manusia yang tidak pernah puas dan sifak rakusnya. Makanya koruptor merajalela itu udah ga heran. Padahal mereka itu udah kaya, rumah mewah, mobil banyak, terus nambah duit itu buat apa coba kalo bukan karena serakah. Boro2 nambah duit tuh buat disumbangin semua kek, atau bikin sekolah gratis, atau layanan kesehatan gratis.
Padahal seingatku sejak SD itu pas pelajaran IPS kebutuhan pokok manusia itu hanya 3 yaitu sandang, Pangan, dan papan. Kalo ketiganya udah terpenuhi berarti kan udah sejahtera? Tapi kenapa harus nambah kebutuhan2 lain?nah di sini lah peran gengsi, prestise, atau apalah itu namanya bekerja. Itulah manusia –manusia yang sombong dan tidak pernah bersyukur. Boro-boro buat bantu saudara-saudara yang lain yang 3 kebutuhan pokoknya belum terpenuhi, misal : gelandangan2 yang ga punya rumah, juga yang ga setiap hari bisa makan, adik2 kecil yang terpaksa harus hidup di jalanan dengan baju yang compang camping ga layak dipake. Dimana hati nurani mereka? Ga punya mungkin. Ya sudahlah mudah2an aja ada yang baca tulisan ga jelas ini.
Yak ini hanya sebuah opini aja dari penulis yang agak pego, soalnya penulis juga bukan orang bener tapi berusaha untuk jadi bener. Nulis ini hanya untuk pengingat aja bila sewaktu-waktu saya mulai terjebak kayak orang-orang yang ga bisa bersyukur itu. Jadi saat baca tulisan ini saya bisa sadar dan kembali merangkak ke jalan yang baik. Salam Rimba,hohoho
nih lirik lagu yang cocok
SEPERTI MATAHARI
Iwan Fals
Keinginan adalah sumber penderitaan
Tempatnya didalam pikiran
Tujuan bukan utama
Yang utama adalah prosesnya
Kita hidup mencari bahagia
Harta dunia kendaraannya
Bahan bakarnya budi pekerti
Itulah nasehat para nabi
Ingin bahagia derita didapat
Karena ingin sumber derita
Harta dunia jadi penggoda
Membuat miskin jiwa kita
Ada benarnya nasehat orang orang suci
Memberi itu terangkan hati
Seperti matahari
Yang menyinari bumi